Minggu, 14 Oktober 2012
Tarian - Tarian Adat Nias
1. Tari Maena
Maena merupakan tarian yang sangat simpel dan sederhana, tetapi mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah menariknya dengan tarian-tarian yang ada di Nusantara. Tari maena tidak memerlukan keahlian khusus. Gerakannya yang sederhana telah membuat hampir semua orang bisa melakukannya. Kendala atau kesulitan satu-satunya adalah terletak pada rangkaian pantun-pantun maena (fanutunõ maena), supaya bisa sesuai dengan event dimana maena itu dilakukan. Pantun maena biasanya dibawakan oleh satu orang atau dua orang dan disebut sebagai sanutunõ maena, sedangkan syair maena (fanehe maena) disuarakan oleh orang banyak yang ikut dalam tarian maena dan disebut sebagai sanehe maena/ono maena. Syair maena bersifat tetap dan terus diulang-ulang/disuarakan oleh peserta maena setelah selesai dilantunkannya pantun-pantun maena, sampai berakhirnya sebuah tarian maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih bertuntun bahasa Nias (amaedola/duma-duma), namun seiring oleh perkembangan peradaban yang canggih dan moderen, pantun-pantun maena yang khas li nono niha sudah banyak menghilang, bahkan banyak tercampur oleh bahasa Indonesia dalam penuturannya, ini bisa kita dengarkan kalau ada acara-acara maena di kota-kota besar. Maena boleh dibilang sebuah tarian seremonial dan kolosal dari Suku Nias, karena tidak ada batasan jumlah yang boleh ikut dalam tarian ini. Semakin banyak peserta tari maena, semakin semangat pula tarian dan goyangan (fataelusa) maenanya. Maena biasanya dilakukan dalam acara perkawinan (falõwa/fangowalu) dan pesta (owasa/folau õri).
2. Tari Moyo
Tari moyo atau tarian elang juga merupakan tarian yang biasa digunakan untuk penyambutan tamu agung yang dilakukan secara adat. Tarian ini biasanya dibawakan oleh gadis-gadis Nias yang melakukan gerakan layaknya burung elang.
Warga yang berkumpul di depan Homo Sebua atau rumah Raja mengenakan pakaian warna warni. Tubuh mereka dihiasi berbagai atribut, menambah kesan seram yang akan membuat jeri lawan mereka. Tangan kanan memegang tombak atau parang sementara tangan kiri memegang perisai untuk menangkis serangan musuh.
Hentakan kaki nan dinamis mengiringi lagu perang penuh semangat. Terus menari sambil mengayun parang serta tombak.
Gerakan maju mundur sambil meneriakan yel-yel bertujuan memancing musuh agar maju menyerang. Kemudian dilanjutkan dengan membentuk formasi melingkar untuk mengepung musuh yang telah terpancing maju. Setelah musuh masuk terkepung maka kesatria-kesatria Nias ini pun dengan mudah melumpuhkan musuh mereka.
Cerita diatas adalah sepenggal cerita tentang tarian perang suku Nias. Bagi warga Nias, tari Baluse merupakan sebuah penghormatan kepada para leluhur mereka, yang dengan gagah berani mempertahankan tanah desa dari serangan musuh.
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar